Dalam sebuah langkah yang menarik perhatian global dan memicu diskusi politik di seluruh dunia, mantan Presiden AS Donald Trump tiba di Riyadh, Arab Saudi, awal minggu ini untuk kunjungan yang sangat dinantikan. Perjalanan ini menandai keterlibatan internasional resmi pertama Trump sejak dia mengumumkan rencana untuk meningkatkan perannya dalam diskusi kebijakan luar negeri dan upaya kampanye 2024.
Trump disambut di Bandara Internasional King Khalid oleh pejabat senior Arab Saudi dan anggota keluarga kerajaan. Kunjungan tersebut meliputi serangkaian pertemuan tingkat tinggi dengan Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS), yang berfokus pada hubungan bilateral, keamanan regional, kerjasama energi, dan pembangunan ekonomi. Menurut sumber yang dekat dengan masalah ini, diskusi tersebut digambarkan sebagai “terbuka, strategis, dan berwawasan ke depan.”
Salah satu topik utama adalah keamanan energi. Dengan pasar minyak global yang masih menghadapi volatilitas akibat ketegangan geopolitik dan kebijakan transisi iklim, Trump dan para pemimpin Saudi membahas kerangka kerja potensial untuk stabilitas jangka panjang. Trump dilaporkan menekankan pentingnya kemitraan energi AS-Arab Saudi dan memberi sinyal tentang kolaborasi masa depan jika ia kembali ke Gedung Putih.
Kerjasama ekonomi juga menjadi tema utama, terutama terkait teknologi, pertahanan, dan investasi infrastruktur. Trump memuji program Visi 2030 Arab Saudi, menyebutnya "ambisius dan berani" dan menunjukkan minat perusahaan AS untuk memainkan peran yang lebih besar dalam transformasi yang sedang berlangsung di kerajaan.
Kunjungan ini terjadi pada saat lanskap politik AS memanas menjelang pemilihan presiden 2024. Kehadiran Trump di Arab Saudi telah memicu spekulasi tentang strategi kebijakan luar negerinya di masa depan dan pengaruh negara-negara Teluk dalam urusan global. Meskipun tidak ada pernyataan resmi tentang dukungan kampanye atau aliansi politik, pengamat mencatat citra kuat Trump yang disambut dengan kehormatan negara.
Namun, para kritikus mengungkapkan keprihatinan tentang implikasi kunjungan Trump, dengan mengutip isu hak asasi manusia dan kontroversi masa lalu dalam hubungan AS-Arab Saudi. Aktivis berpendapat bahwa kunjungan seperti itu berisiko melegitimasi tindakan yang telah dikutuk secara global. Meski demikian, Trump mengabaikan kritik tersebut dengan menyatakan bahwa “dialog terbuka dan kemitraan yang kuat lebih baik daripada isolasi dan diam.”
Mantan presiden juga bertemu dengan pemimpin bisnis Amerika yang bekerja di wilayah tersebut, menghadiri forum ekonomi pribadi di Riyadh, dan memberikan pidato utama yang menekankan perdamaian, kemakmuran, dan kepemimpinan yang kuat.
Saat meninggalkan kerajaan, Trump meninggalkan headline dan perdebatan, sekali lagi menempatkan dirinya di pusat perhatian politik global. Apakah kunjungan ini merupakan pratinjau strategis kebijakan masa depan atau sekadar pertunjukan pengaruh, masih harus dilihat. Tapi satu hal yang jelas: kehadiran Donald Trump di panggung dunia belum berakhir.
